Ekspedisi Merapi Merbabu

Maret 04, 2014

Ekspedisi Merapi Merbabu

Ini adalah pengalaman saya naik gunung untuk pertama kalinya. Udah lama sih, ini cerita saya di tahun 2013. Kenapa baru saya ceritakan sekarang? Ya karena baru mood buat nulisnya sekarang. Hehe. Basi dong ceritanya? Ya enggaklah, yang namanya kenangan itu gak akan pernah basi. Kenangan akan selalu ada dan bisa kita ingat kembali, kapanpun kita menginginkannya. Karena saya merasa bahwa pengalaman naik gunung ini adalah pengalaman yang begitu berkesan, maka saya ingin menuliskannya di sini, di blog ini, agar saya bisa kembali mengingat kenangan ini.
Ekspedisi Merapi Merbabu. Kenapa judulnya ini? Ini karena saya dan teman-teman saya melakukan perjalanan mendaki Gunung Merapi dan Merbabu pada dua weekend yang berturut-turut. Jadi, bolehlah kalau saya menyebut dua perjalanan mendaki gunung ini sebagai ekspedisi. Hehe.

Ekspedisi Merapi

Perjalanan ini kami lakukan pada hari Jumat dan Sabtu, tanggal 18-19 Oktober 2013. Tim kami kali ini terdiri dari tujuh orang, yaitu saya Dian (sarab’10), Zulfa (sarab’10), Lukman (sarab’10), Bunyan (sarab’10), Niqmah (sasjep’10), Ari (sasjep’10), dan Latief (UNY’11). Sehabis Ashar, kami kumpul di kontrakan Lukman di daerah Blimbingsari. Namun, yang tinggal di situ (baca: Lukman) malah enggak ada di kontrakan, dia masih di kampus fib buat bimbingan skripsi, hoho. Akhirnya, kami baru berangkat dari kontrakan sekitar jam 5 sore. Dengan mengendarai sepeda motor, kami pun saling beriringan menyusuri jalanan menuju tujuan kami.
Rute pendakian yang kami pilih kali ini adalah lewat Jalur New Selo, Boyolali. Perjalanan dengan motor Jogja-Boyolali, awalnya enak-enak aja, jalanan mulus dan rata. Tapi, ketika mulai memasuki kawasan Boyolali, jalanan mulai menanjak dan berkelok-kelok. Karena saat itu saya nebeng Bunyan, otomatis kami tukeran tas selama perjalanan naik motor. Kenapa harus tukeran? Karena tas Bunyan gede banget, dan kalau ditaruh di depan atau di tengah nanti malah gak nyaman. Dan saat melewati tanjakan-tanjakan itu. wew, rasanya badanku kayak mau remuk, capek nahan tas yang gede itu di punggung. Pas nyampe Base Camp di New Selo, Boyolali, uhh, rasanya lega banget. Untung aja aku gak sampe jatuh ngejungkel ke belakang pas ngelewatin tanjakan-tanjakan curam itu. haha
Ini belum apa-apa, gan. Puncak masih jauh. Iya lah, baru nyampe base camp kok. Hahaha. Perjalanan yang sebenarnya baru kami mulai jam setengah 9 malam. Kami bertujuh berkumpul membuat lingkaran. Bunyan yang jadi ketua tim pendakian kali ini memberikan beberapa pesan kepada kami. “Mendaki gunung itu gak boleh kebanyakan mengeluh, jalani aja, pelan-pelan, kalau emang udah ngerasa enggak kuat, bilang aja minta ‘istirahat!’, gak usah gengsi atau apa, kebanyakan orang gagal sampe puncak itu karena mereka gengsi bilang capek, akhirnya maksain lanjut, tapi ternyata badan drop duluan sebelum nyampe puncak.” Ya kira-kira seperti ini kata-kata Bunyan waktu itu, gak persis sih redaksinya, tapi intinya itu yang saya ingat. Setelah itu, kami berdoa bersama-sama, kemudian memulai perjalanan ini.
Kalau diceritakan detailnya, entah bakal sepanjang apa cerita saya kali ini. Mungkin foto-foto ini akan lebih bisa menceritakan perjalanan pendakian Merapi tim kami. Foto-foto ini, asal saya comot dari file-file foto di hapenya Bunyan dan kamera punya Niqmah, hehe. Liat sendiri aja deh foto-fotonya. Nih!
 
Makan makaaan.. hehe..
Ini pas nge-camp di Pos 2 Merapi, Jalur New Selo, Boyolali


Masih di Pos 2 Merapi :D


Sunrise di Pos 2 Merapi, tapi kesiangan, haha


Foto Siluet di Pos 2 Merapi. Suka deh sama foto ini. :)


3 Dara Pendakian Merapi. (dari kiri ke kanan: Niqmah, Zulfa, Dian)


Pemandangan Puncak Gunung Merapi dari Pos 2 Merapi


Pemandangan Gunung Merbabu dari Pos 2 Merapi


Arabers dengan background Merapi.
(dari kiri ke kanan: Lukman, Zulfa, Dian, Bunyan)


Sarab'10 dengan background Gunung Merbabu, dari Pos 2 Merapi.
(dari kiri ke kanan: Lukman, Dian, Bunyan, Zulfa)


Full Team Merapi.
(dari kiri ke kanan: Lukman, Niqmah, Bunyan, Latief, Ari, Dian, Zulfa)


Pemandangan Puncak Merapi dari Pasar Bubrah


Sarab'10 di Puncak Merapi. Cuma bertiga (Lukman, Dian, Bunyan).
Zulfa gak ikut sampai puncak karena udah gak kuat lagi buat ngelanjutin,
jadi dia nunggu di Pasar Bubrah.


Istirahat sejenak setelah turun dari puncak.


Full Team Pendakian Merapi.
(dari kiri ke kanan: Lukman, Zulfa, Niqmah, Dian, Latief, Ari, Bunyan)


Foto Full Team, lagi. :)


Belum puas foto-foto, ya foto lagi. hehe


Lagi-lagi, bergaya di depan kamera. :D



Ekspedisi Merbabu

Perjalanan pendakian Merbabu kali ini, kami lakukan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 26-27 oktober 2013. Tim pendakian kali ini terdiri dari 6 orang saja, yaitu saya Dian (sarab’10), Bunyan (sarab’10), Retno (sarab’10), Yoga (Amikom), Mas Buyung (UNY’10), dan Osa (anak SMK, tapi lupa SMK mana. Hehe).
Kami berenam janjian kumpul di samping GOR UNY jam 2 siang. Tapi, baru mulai berangkat abis ashar. Seperti perjalanan sebelumnya, kami pun menuju ke lokasi tujuan kami dengan mengendari sepeda motor. Sepeda motor memang transportasi paling pas untuk para mahasiswa yang doyan ngebolang, tapi hanya punya budjet terbatas, hahaha. Transportasi paling irit deh pokoknya. Hahaha.
Jalur pendakian yang kami pilih kali ini adalah lewat Jalur Wekas, Magelang. Kenapa Wekas? Karena kalau lewat Wekas, itu banyak sumber mata air di sepanjang perjalanan. Ini sangat menolong kami-kami yang gampang kehausan selama perjalanan. Perjalanan mendaki Merbabu ini menurutku sesuatu banget. Kami memulai perjalanan dari base camp di Wekas sekitar jam 8 malam. Ketua tim pendakian kali ini adalah Mas Buyung, karena dialah yang paling expert dalam hal naik gunung. udah punya pengalaman banyak gan. Udah kemana-mana dia. Haha. Seperti biasa, kami membuat lingkaran, kemudian Mas Buyung menyampaikan beberapa kalimat-kalimat bijak khas ketua tim pendakian. Haha. Lalu dia memimpin berdoa dan perjalanan ini pun dimulai.
Jalan pertama, kami mengambil jalan pintas. Dan.. wuh.. langsung tanjakan men. Lurus sih tanjakannya, tapi panjang juga, dan itu naik terus. Selangkah demi selangkah kami lewati tanjakan itu, perlahan tapi pasti, akhirnya kami pun sampai di ujung tanjakan ini. tapi ini baru tanjakan pertama, dan kami udah ngos-ngosan, entah berapa langkah yang udah kami lewati untuk sampai di ujung tanjakan pertama ini. Kami pun istirahat sejenak di ujung tanjakan ini. Kemudian perjalanan pun kami lanjutkan lagi.
Beberapa menit perjalanan berlalu, rintik air hujan mulai turun, dan seketika byur.. hujan gede, jalanan yang udah licin karena ada pipa-pipa air yang bocor itu pun jadi semakin licin dengan ketambahan air hujan. Kami pun harus lebih berhati-hati saat melangkah.
Satu hal yang saya ingat dari perjalanan ini adalah tim kami ini saling salip-menyalip dengan rombongan dari Mushroom Pala UTY. Kebetulan, saat itu, Mushroom Pala UTY lagi ngadain pendakian masal gitu dan mereka membagi para peserta menjadi tim-tim kecil yang masing-masing beranggotakan sekirtar sepuluh orang. Karena ada banyak tim, kami saling salip-menyalip gitu deh. Hahaha. Hingga akhirnya kami pada nge-camp di post 3 (bener gak yaa? *lupa), di mana ada area datar yang cukup luas dan ada sumber airnya. Kami pun mendirikan tenda di post ini, yang cowok-cowok aja sih. Hahaha. Yang cewek pada kedinginan karna kehujanan, dan saat itu pun masih gerimis.
Tenda pun berhasil didirikan, dan kami mulai kelaparan. “mulai lapar, mulai lapaar.” Hahaha. Masak deh itu indomie, terus makaaan. Abis sesi makan-makan, pengennya sih istirahat, tapi... badai merbabu meeen.. ujan gedee.. pake angin kenceng pula.. dan tau gak siih.. tendanya itu kan punya Mas Buyung, dan.. gak ada cover tendanya.. otomatis air ujan merembes ke dalem tenda deh.. ditambah penyangga tendanya udah kaya mau roboh-roboh gitu deh. Dan akhirnya kami pada duduk di dalem tenda sambil pegangin tendanya itu. Udah pada kedinginan, masih harus pegangin tenda yang basah karena air yang merembes pula. Heu. Mana bisa tidur. Sleeping bag, jaket, tas, dan semuanya basah, makin kedinginan lah akhirnya.
Perjalanan belum berakhir. Belum nyampe puncak inii. Pagi-pagi kami mulai njemur ini-itu. iya lah. semuanya basah kena air hujan kok. Haha. njemur badan juga sih, biar gak kedinginan. Jam 9 pagi aja masih dingin banget. Haha. entah mulai jam berapa yaa kami mulai melanjultkan kembali perjalanan ini, saya lupa. Hehe.
Wow, semakin panjeng lebar aja tulisan saya. Langsung ke foto-foto aja yaa. Foto-foto ini juga menyimpan cerita perjalanan ini kok. Hahaha. Ohya, kalau foto-foto yang ini, asal saya comot dari file camdig punya Retno. Lagi-lagi saya gak bawa kamera, jadi pake dokumentasi punya temen aja deh. Haha. Nih, liat sendiri! :D

Menyiapkan tenaga di Base Camp Wekas, Magelang.


Abis njemur ini-itu, waktunya foto-foto, haha.
(dari kiri ke kanan: Mas Buyung, Dian, Retno, Osa, Bunyan)


3 Dara Pendakian Merbabu. (dari kiri ke kanan: Dian, Retno, Osa)


Menikmati sejuknya udara. :D (Dian dan Retno)


Foto-foto, lagi. :)


Ini jalan yang menurut saya paling menyeramkan selama mendaki Merbabu,
sampe-sampe harus segitunya mrepet ke tembok, eh, tebing, eh entahlah apa namanya.


Yey! Nyampe juga di Puncak Merbabu.
Tapi, malah pada tepar, kepanasan. haha.


We Love Indonesia. Bergabung dengan tim lain,
mengibarkan Sang Merah Putih di Puncak Kentheng Songo, Merbabu. :)



Ohya, satu lagi nih, ada satu kejadian yang bikin saya harus tertawa kalau mengingatnya. Seusai turun gunung, kami beristirahat cukup lama di Base Camp Wekas. Lalu, kami pulang sekitar jam 10 malam. Seperti biasa, naik sepeda motor lagi. Dan saya, nebeng Bunyan lagi. Saat itu, cuacanya masih gerimis rintik-rintik, tapi karena ada anak SMK di tim kami, yang esok paginya harus berangkat sekolah, akhirnya, kami paksain buat pulang deh. Tapi, makin lama hujannya makin deres, dan kami pun terpaksa berhenti di pinggir jalan untuk berteduh dari hujan. Kemudian, hujan mulai agak reda, perjalanan pulang kami lanjutkan lagi. Tapi, jalanan banjir, kena-kena cipratan air pula, banyak mobil-mobil yang asal ngebut aja gitu sih, gak peduli banget kalau di sampingnya masih ada pengendara lain, yang kecipratan gara-gara mobilnya yang lewat itu. Heu. 
Dan.. yang bikin saya harus ketawa kalau mengingatnya adalah saat di mana kami lewat di Jalan Jogja-Magelang. Kami melintasi semacam pertigaan, ada belokan di kiri jalan kami. Dan tiba-tiba saja,, motor yang berada di depan motor yang saya tebengi, ngerem ngedadak, Bunyan yang nyetir motornya otomatis berusaha mengalihkan setirnya agar tidak menabrak pengendara di depan kami. Walhasil, saya merasa seperti dalam adegan slow motion (lebaay, hahaha), waktu berjalan begitu lambat, dan... Bruukkk.. Motor kami roboh.. roboh ke arah kanan.. dan rasanyaa.. biasa aja.. haha.. Awalnya.. Tapi, kok yo agak linu juga euy, untung saya pakai jaket tebal dan trening agak tebel, jadi cuma memar dikit. Tapi yang parah malah Bunyan yang nyetir. Haha. Pas banget saat itu dia pake celana selutut, giliran jatuh, jadi korban deh itu lutut. Hoho. Pas bangun juga kakinya gemeteran gitu. Entah karena dingin atau karena jatuh. Mungkin karena dua-duanya. Haha. Bagi kami ini konyol dan bikin kami pengen ketawa kalau inget kejadian ini. Haha. Setelah istirahat bentar, perjalanan pulang kami lanjutkan. Dan masih tetep Bunyan yang nyetir motornya. Hoho. Dan saya pun nyampe kost dengan selamat. Walau badan sebelah kanan agak linu-linu. Heu. Dan. Yasudah. Cerita Selesai. :D
"Mendaki gunung bukan hanya perjalanan alam, tapi ini adalah tentang perjalanan menaklukkan diri sendiri. Tentang seberapa sabar kita dalam menikmati setiap proses. Menikmati setiap proses, terus berjuang untuk terus melangkah, hingga kita sampai pada tujuan kita, yaitu puncak."
Tapi...
“Buat apa mendaki gunung, kalau kita hanya mengejar puncak? Menurut saya, mendaki gunung itu adalah saat dimana kita belajar untuk menikmati setiap proses kehidupan. Selama kita berproses menuju tujuan kita, yaitu puncak, kita seharusnya bisa menikmati apa saja yang ada selama perjalanan kita itu, hamparan alam nan indah, keramahan di antara sesama pendaki, dan juga kebersamaan di dalam satu tim pendakian. Banyak hal yang bisa kita nikmati selama perjalanan mendaki  gunung. Saling menjaga, saling menyemangati, saling menolong, dan bersama-sama melangkah menuju puncak. Bagi saya, pengalaman mendaki gunung ini adalah pengalaman yang sangat berkesan. Karena itu, saya ingin mengenang perjalanan ini dengan menuliskannya di sini.” :D

wow, ternyata tulisan ini panjang lebar banget ya. hmm.
dan saya kangen pengen naik gunung lagi. :3


You Might Also Like

1 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images